Jumat, 24 April 2015

Cara Mengoperasikan Alat Ukur 




1. Waterpas

Ada 4 jenis kegiatan yang harus dikuasai dalam mengoperasikan alat ini, yaitu :

(1) Memasang alat di atas kaki tiga

Alat ukur waterpas tergolong kedalam Tripod Levels, yaitu dalam penggunaannya harus terpasang diatas kaki tiga. Oleh karena itu kegiatan pertama yang harus dikuasai adalah memasang alt ini pada kaki tiga atau statif. Pekerjaan ini jangan dianggap sepele, jangan hanya dianggap sekedar menyambungkan skrup yang ada di kaki tiga ke lubang yang ada di alat ukur, tetapi dalam pemasangan ini harus diperhatikan juga antara lain :

a. Kedudukan dasar alat waterpas dengan dasar kepala kaki tiga harus pas, sehingga waterpas terpasang di tengah kepala kaki tiga.

b. Kepala kaki tiga umumnya berbentuk menyerupai segi tiga, oleh karena itu sebaikny tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat di bentuk segi tiga tersebut

c. Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat agar tidak mudah bergeser apalagi sampai lepas Skrup penghubung kaki tiga dan alat terlepas

(2) Mendirikan Alat ( Set up )

Mendirikan alat adalah memasang alat ukur yang sudah terpasang pada kaki tiga tepat di atas titik pengukuran dan siap untuk dibidikan, yaitu sudah memenuhi persyaratan berikut:

a. Sumbu satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan gelembung nivo kotak ada di tengah

b. Garis bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan gelembung nivo tabung ada di tengah atau nivo U membentuk huruf U.

(3) Membidikan Alat

Membidikan alat adalah kegiatan yang dimulai dengan mengarahkan teropong ke sasaran yang akan dibidik, memfokuskan diafragma agar terlihat dengan jelas, memfokuskan bidikan agar objek yang dibidik terlihat jelas dan terakhir menepatkan benang diafragma tegak dan diafragma mendatar tepat pada sasaran yang diinginkan

(4) Membaca Hasil Pembidikan

Ada 2 hasil pembidikan yang dapat dibaca, yaitu :

(1) Pembacaan Benang atau pembacaan rambu

Pembacaan benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka pada rambu ukur yang dibidik yang tepat dengan benang diafragma mendatar dan benang stadia atas dan bawah. Bacaan yang tepat dengan benang diafragma mendatar biasa disebut dengan Bacaan Tengah (BT), sedangkan yang tepat dengan benang stadia atas disebut Bacaan Atas (BA) dan yang tepat dengan benang stadia bawah disebut Bacaan Bawah (BB). Karena jarak antara benang diafragma mendatar ke benang stadia atas dan bawah sama, maka :

BA – BT = BT – BB atau BT = ½ ( BA – BB)

Persamaan ini biasa digunakan untuk mengecek benar atau salahnya pembacaan.

Kegunaan pembacaan benang ini adalah :

a. Bacaan benang tengah digunakan dalam penentuan beda tinggi antara tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik atau diantara rambu-rambu ukur yang dibidik.

b. Bacaan benang atas dan bawah digunakan dalam penentuan jarak antara tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik

Pembacaan rambu ukur oleh alat ini ada yang terlihat dalam keadaan tegak dan ada yang terbalik, sementara pembacaannya dapat dinyatakan dalam satuan m atau cm.

Sebagai contoh terlihat pada Gambar



(2) Pembacaan Sudut

Waterpas seringkali juga dilengkapi dengan lingkaran mendatar berskala, sehingga dapat digunakan untuk mengukur sudut mendatar atau sudut horizontal.

Ada 2 satuan ukuran sudut yang biasa digunakan, yaitu :

a. Satuan derajat

Pada satuan ini satu lingkatan dibagi kedalam 360 bagian, setiap bagian dinyatakan dengan 1 derajat (1°), setiap derajat dibagi lagi menjadi 60 bagian, setiap bagian dinyatakan dengan 1 menit (1’) dan setiap menit dibagi lagi kedalam 60 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 detik (1”)

b. Satuan grid.

Pada satuan ini satu lingkatan dibagi kedalam 400 bagian, setiap bagian dinyatakan dengan 1 grid (1g), setiap grid dibagi lagi menjadi 100 bagian, setiap bagian dinyatakan dengan 1 centigrid (1cg) dan setiap centigrid dibagi lagi kedalam 100 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 centi-centigrid (1ccg). Salah satu contoh pembacaan sudut horizontal dari alat ukur waterpas NK2 dari Wild.




2.  Teodolit

Sama dengan alat ukur waterpas, ada 4 tahap kegiatan dalam mengoperasikan alai ini, yaitu:

(1) Memasang alat di atas kaki tiga

Caranya sama dengan pada alat ukur waterpas

(2) Mendirikan Alat

Pengertian mendirikan alat juga sama dengan pada waterpas, namun syaratnya agak berbeda. Untuk teodolit syaratnya yang harus dipenuhinya adalah :

a. Sumbu kesatu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan gelembung nivo kotak ada di tengah (sama dengan pada waterpas)

b. Sumbu kedua sudah dalam keadaan mendatar, yang diperlihatkan oleh gelembung nivo tabung ada di tengah

(3) Membidikan Alat

Maksud dan caranya sama dengan pada alat ukur waterpas, sedikit perbedaannya adalah pada teodolit karena teropong tidak selalu harus dalam keadaan mendatar, maka benang mendatar dapat diatur kedudukan bacaannya sesuai keinginan pemakai, misalnya disamakan dengan tinggi alat.

(4) Membaca Hasil Pembidikan

Pembacaan hasil pembidikan juga sama dengan pada alat ukur waterpas, yaitu bacaan rambu ukur dan bacaan sudut. Perbedaan hanya ada pada penampilan bacaan sudut dan sudut yang dibaca bukan hanya sudut horizontal saja tetapi juga sudut vertikal.


3.  Total Station


Cara mengoperasikannya :

A. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran tata batas baru, baik itu tata batas hutan maupun tata batas dengan pihak ketiga seperti halnya pinjam pakai dan tukar menukar kawasan hutan.

B. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran berulang (contoh : rekonstruksi batas kawasan hutan), dimana data sebelumnya diperoleh dari pengukuran menggunakan Total Station juga.

Untuk mengenal alat Total Station secara mendalam dapat dilakukan dengan cara membandingkannya dengan alat ukur Theodolit T0. Theodolit T0 yang banyak digunakan di Departemen Kehutanan adalah theodolit T0 kompas. Meskipun banyak pabrikan dan variasi alat, namun dapat dibandingkan secara umum antara Total Station dengan Theodolit T0 kompas, sebagai berikut :

1. Ketelitian bacaan ukuran sudut T0 yaitu : 1’ sedangkan Total Station jauh lebih teliti yaitu     : 1”? .
2. Ketelitian bacaan ukuran jarak T0 yaitu berkisar ± 1 Cm sedangkan Total Station jauh           lebih teliti yaitu berkisar antara 0,1 Cm – 0,01Cm.
3. Kemampuan jarak yang diukur oleh Total Station dengan prisma tunggal rata-rata 3.000       meter, sedangkan jarak optimal T0 yaitu 200 meter dan sangat subyektif dengan                   pembacaan masing-masing surveyor dalam membaca rambu ukur.
4. Sumber kesalahan yang bisa dieliminasi atau dihindari dalam pengukuran dengan Total      Station diantaranya yaitu kesalahan kasar (blunder). Kesalahan blunder yaitu kesalahan      yang diakibatkan karena kelalaian manusia, contoh diantaranya yaitu : salah baca, salah      tulis dan salah dengar. Kemampuan membaca, menginterpolasi bacaan rambu ukur,            menginterpolasi bacaan arah azimuth kompas pada alat T0 setiap orang berbeda beda.        Kondisi lelah pun bisa mengakibatkan salah membaca dan salah mendengar. Sedangkan    pada Total Station bacaan arah, sudut dan bacaan jarak sudah ditampilkan otomatis pada    tampilan layar, bahkan dapat tersimpan secara otomatis dalam memori alat ukur.
5. Pengolahan data ukuran Total Station dilengkapi dengan software yang telah disediakan     oleh pabrikan, sehingga pengolahan data lebih cepat. Data ukuran jarak, sudut, azimuth       dan koordinat tersimpan di memory alat. Pada beberapa jenis Total Station, sketsa titik-       titik yang diukur dapat ditampilkan posisinya pada layar monitor alat. Data ukuran dari T0     harus dicatat dan digambar pada buku ukur, sehingga menambah waktu pekerjaan               dibandingkan dengan Total Station. Akan tetapi untuk tujuan backup data, dapat pula           dilakukan pencatatan pada buku ukur untuk data ukuran Total Station.
6. Format data hasil ukuran Total Station sudah bisa diaplikasikan langsung dengan                program GIS dan digabungkan dengan data GPS, sedangkan data hasil ukuran T0              merupakan data mentah dan harus dilakukan pengolahan data terlebih dahulu.
7. Kesalahan Kolimasi (garis bidik tidak sejajar dengan sumbu II), kesalahan index vertikal      sudah diset Nol sehingga tidak perlu pengaturan lagi. Pada alat T0 harus dilakukan              pengecekan kolimasi dan index vertikal sebelum alat digunakan, sehingga apabila terjadi      kesalahan secepatnya dilakukan koreksi sebelum alat tersebut dipakai dalam pengukuran    di lapangan.
8. Pada proses pengukuran stake out atau pencarian titik atau rekonstruksi, Total Station         lebih memudahkan pelaksana dalam mencari titik-titik tersebut. Dengan memasukan             koordinat acuan titik dan data jarak dan sudut yang diketahui, maka pencarian titik                 tersebut lebih mudah, karena alat Total Station menghitung secara otomatis posisi prisma     berdiri. Pada T0 harus dilakukan perhitungan dengan kalkulator untuk mendapatkan             posisi yang paling tepat.
9. Pada kondisi cahaya redup ataupun gelap, pengukuran masih bisa dilaksanakan karena      Total Station menggunakan teknologi infra merah, sedangkan dengan Theodolit sangat        sulit dilakukan khususnya dalam membaca rambu, serta membaca sudut horisontal dan        sudut vertikal.
10. Atraksi lokal yang disebabkan oleh benda-benda logam di sekitarnya berpengaruh              terhadap kondisi bacaan yang ditunjukan oleh kompas, Total Station tidak dipengaruhi          oleh atraksi lokal tersebut.


4.  Meteran


Cara menggunakan alat ini relatif sederhana, cukup dengan merentangkan meteran ini dari ujung satu ke ujung lain dari objek yang diukur. Namun demikian untuk hasil yang lebih akurat cara menggunkan alat ini sebaiknya dilakukan sebagai berikut:

a. Lakukan oleh 2 orang

b. Seorang memegang ujung awal dan meletakan angka nol meteran di titik yang pertama

c. Seorang lagi memegang rol meter menuju ke titik pengukuran lainnya, tarik meteran selurus mungkin dan letakan meteran di titik yang dituju dan baca angka meteran yang tepat di titik tersebut.


5.  Kompas

Cara menggunakan kompas untuk menentukan arah ke suatu tujuan dibedakan sesuai dengan jenis kompas yang dipakai, yaitu :

(1) Untuk kompas tangan

a. Alat cukup dengan dipegang tangan di atas titik pengamatan

b. Atur agar alat dalam keadaan mendatar agar jarum dapat bergerak dengan bebas. Kalau alat ini dilengkapi dengan nivo atur gelembung nivo ada di tengah

c. Baca angka skala lingkaran yang menuju arah/titik yang dimaksud.

(2) Untuk kompas statif

a. Kompas yang sudah dipasang di atas statif didirikan diatas titik awal/pengamatan

b. Atur agar kompas dalam keadaan mendatar agar jarum dapat bergerak dengan bebas. Kalau alat ini dilengkapi dengan nivo atur gelembung nivo ada di tengah

c. Arahkan alat bidik/visir ke arah yang dituju. Baca angka skala lingkaran yang menuju arah tersebut 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar